Menunggu orang tua panen |
Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya selama menjadi Account Representative di KPP Pratama Praya yang memiliki wilayah kerja Lombok Tengah dan Lombok Timur (2013—2018).
Jika Anda pernah mengunjungi Lombok Tengah dan Lombok Timur, pasti pernah melihat lahan kebun tembakau terhampar di sepanjang perjalanan, khususnya di musim kemarau seperti bulan Agustus ini. Tembakau adalah komoditas paling tepat untuk ditanam di daerah kering dan minim curah hujan di Pulau Lombok bagian tengah, selatan, dan timur, seperti di Kecamatan Praya Timur, Terara, Sikur, dan Sakra. Daerah-daerah ini tak seberuntung Lombok Barat yang berlimpah air dan menjadi lumbung padi regional, atau daerah kaki Gunung Rinjani yang subur untuk aneka hortikultura. Tembakau hanya sekali musim tanam dalam setahun, tapi nilai ekonomisnya sangat tinggi, sehingga mampu untuk dijadikan mata pencaharian utama petani. Bahkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang diterima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dari Pemerintah Pusat setiap tahunnya bernilai lebih dari Rp200 Miliar. Tembakau adalah penopang ekonomi bagi puluhan ribu petani dan ratusan ribu warga di Pulau Lombok.
Tembakau yang dihasilkan di Lombok adalah tembakau rajang dan tembakau virginia. Tembakau rajang adalah olahan daun tembakau yang dicincang, dijemur, kemudian dirajang (digoreng) untuk mengeluarkan aroma khas tembakau. Produksi tembakau rajang proporsinya jauh lebih sedikit dibanding tembakau virginia (sekitar 15% dari seluruh produksi tembakau), tapi lebih umum dijual bagi warga di NTB sebagai bahan baku rokok linting (rokok tradisional), akan mudah Anda temui di pasar tradisional dijual dalam plastik transparan terpisah dengan kertas linting-nya. Tembakau virginia adalah olahan daun tembakau utuh yang dipanggang (oven), jadi tanaman tembakau rajang dan virginia sama, yang berbeda adalah cara pengolahannya. Tembakau virginia Lombok menyumbang sekitar 70% produksi nasional, yang kemudian dikirim ke industri rokok di Jawa Timur dan Jawa Tengah, karena belum ada industri rokok berskala besar di NTB.
Siklus usaha tembakau virginia berlangsung sepanjang tahun sejak Desember hingga November (tergantung pergeseran iklim setiap tahun). Pada umumnya dimulai dengan kerja sama antara petani dengan perusahaan mitra sepanjang bulan Desember hingga Januari, kemudian tembakau dibibit di bulan Februari hingga Maret, dilanjutkan masa tanam di bulan April hingga Mei, masa panen di bulan Juli hingga September, dan masa penjualan di bulan Agustus hingga November. Meski telah lama menjadi andalan daerah, bibit tembakau yang berkualitas sulit dibudidayakan oleh petani sendiri, disini peran perusahaan mitra (saat ini terdapat lima perusahaan mitra terbesar diantaranya PT Djarum dan PT Bentoel) untuk menyediakan bibit tembakau bagi petani, selain itu juga memberikan pelatihan teknik penanaman dan perawatan tembakau. Bibit tembakau (beserta pupuk dan modal usaha) akan diberikan ke petani mitra perusahaan dalam bentuk utang, dan akan diperhitungkan dengan nilai tembakau virginia yang dijual petani di masa pasca panen nantinya. Saat ini bibit tembakau diimpor dari Cina dan sebagian kecil diproduksi dalam negeri tapi dengan membayar royalti atas penggunaan hak cipta merk ke Amerika Serikat (bayangkan seperti Kopi Starbucks). Petani akan merawat tanaman tembakaunya seperti anaknya sendiri (seperti di iklan produk kecap) karena pada tembakau itu tertanam harapan untuk melunasi utang, harapan untuk untuk menghidupi keluarga selama setahun, dan harapan untuk menaikkan martabat keluarga. Seorang penyuluh tembakau bercerita bahwa dia pernah dikejar oleh petani dengan parang, ketika mencotohkan cara perawatan tembakau dengan memotong tunasnya.
Tembakau yang telah dipanen harus dioven terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya dan membuat tembakau tahan lama. Sejak musim panen mulai melibatkan banyak tenaga kerja, yakni dimulai dari panen daun tembakau dan mengumpulkannya untuk kemudian diangkut ke pemilik oven, biasanya menggunakan mobil diesel bak terbuka (banyak sekali mobil L-300 hitam lalu lalang di jalanan di bulan Agustus ini). Pemilik oven menyediakan jasa memanggang tembakau hingga standar tertentu sesuai yang diinginkan perusahaan mitra. Proses pemanggangan ini bisa berlangsung berhari-hari. Bahan bakar oven yang diatur oleh Pemerintah Provinsi NTB adalah cangkang kemiri atau cangkang kelapa sawit, karena menghasilkan panas yang tinggi dan ramah lingkungan. Pemilik oven setiap tahun diingatkan untuk tidak menggunakan kayu bakar (rawan memicu illegal logging karena hanya anak perusahaan Sampoerna yang memiliki hutan industri di Lombok, sisanya memperoleh kayu dari alam), apalagi menggunakan solar dan LPG tabung 3 Kg karena merupakan produk bersubsidi tidak untuk digunakan dalam kegiatan industri. Cangkang kemiri diperoleh dari Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi, sedangkan cangkang kelapa sawit dari Kalimantan. Kembali peran perusahaan mitra untuk memesan dan mendatangkan produk ini ke Lombok untuk kemudian disalurkan ke petani mitra, dan sebagian kecil berasal dari hibah pemerintah.
Oven besar seperti rumah, bukan oven kue
Tembakau yang telah dioven kemudian diangkut kembali menggunakan mobil diesel bak terbuka ke perusahaan mitra, untuk dinilai kualitasnya (grading) dan dijual berdasarkan harga yang telah disepakati. Tembakau virginia yang dibawa oleh petani dinilai oleh seorang ahli (disebut grader) umumnya berdasarkan kadar air, usia daun, bentuk daun, dan aromanya, untuk kemudian ditentukan atas tembakau tersebut masuk ke dalam grade tertentu. Penentuan puluhan grade dan harga per-grade dilakukan setiap tahun antara perusahaan mitra, petani, dan perwakilan pemerintah (kadang disebut musyawarah harga tembakau), dari grade tertinggi di kisaran Rp47.000,00 per kilogram hingga grade terendah di bawah Rp20.000,00 per kilogram. Jika dibandingkan dengan harga tembakau basah yang tak sampai Rp10.000,00 per kilogram, inilah sebabnya tembakau virginia disebut sebagai emas hijau di Lombok. Kesibukan keluar-masuk mobil pembawa tembakau ke perusahaan mitra dapat Anda rasakan jika melintas di Jalan Raya Terara-Sikur di masa pasca panen, ditambah ada pembeli-pembeli selain perusahaan mitra, yang menggunakan truk untuk mengangkut langsung tembakau tanpa memiliki kantor/gudang di Lombok, tentunya jumlah yang diserap jauh lebih sedikit dibanding gabungan lima perusahaan mitra terbesar. Perusahaan mitra akan memisahkan tembakau virginia berdasarkan grade, mengemas dengan bahan khusus non-plastik (selain ramah lingkungan, juga melindungi aroma tembakau), dan mengangkut langsung ke industri rokok di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan truk jasa ekspedisi.
Terdapat beberapa fakta menarik yang saya ketahui setelah berkali-kali berdialog dengan perwakilan perusahaan mitra, diantaranya:
1. Seorang grader memiliki peran yang begitu krusial, sehingga jasa mereka dihargai mahal, bahkan sebagian besar grader didatangkan langsung dari Jawa ketika musim panen di Lombok;
2. Peran perusahaan mitra tak berakhir saat membeli tembakau petani, tapi sampai menjalin komunikasi dengan petani mengenai penggunaan uang tersebut, dengan tujuan agar taraf hidup petani meningkat dan jangan sampai anak-anak petani tidak bersekolah;
3. Tak semua petani menjual tembakau ke perusahaan mitra, ada petani yang menjual ke pihak ketiga (contohnya sudah saya sebut sebelumnya), alasannya karena apabila dijual ke perusahaan mitra maka harga beli akan dikurangkan dengan utang usaha yakni untuk bibit, pupuk, modal, dan cangkang kemiri/kelapa sawit. Praktek ini sangat merugikan semua pihak: perusahaan mitra dirugikan karena telah memberi piutang usaha yang tidak dilunasi dan rencana pembelian tidak tercapai; petani dirugikan karena terancam tidak diajak bermitra kembali dan kehilangan kesempatan memperoleh akses mudah bibit, pupuk, dan modal usaha (no comment mengenai dosa utang yang tidak dilunasi); pemerintah dirugikan karena hanya perusahaan mitra yang resmi membayar kontribusi atas pembelian tembakau ke Pemerintah Provinsi NTB dan membayar pajak pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak;
4. Tembakau virginia yang dipanen tahun ini baru akan digunakan sebagai bahan baku rokok di tahun depan atau lebih lama lagi, karena aroma tembakau cenderung lebih kuat seiring waktu. Pengalaman saya masuk ke ruang sortir tembakau, meski tak sampai satu jam tapi mata sangat perih karena kuatnya aroma tembakau;
saat puncak pembelian, gudang ini penuh tembakau
5. Usaha tembakau adalah usaha padat modal dan padat karya. Padat modal karena terdapat biaya besar untuk pembelian bibit, pupuk, cangkang kemiri/kelapa sawit, jasa oven, jasa angkut, dan upah tenaga kerja. Padat karya karena melibatkan banyak pekerja di level petani maupun di perusahaan mitra. Pada masa pembelian, perusahaan mitra akan mempekerjakan ratusan warga sekitar sebagai tenaga sortir dan pengemasan tembakau, umumnya ibu-ibu. Selama tiga sampai empat bulan warga sekitar memperoleh penghasilan tambahan dari upah perusahaan mitra, maupun diterima warung-warung makan dadakan yang buka di sekitar gudang tembakau;
6. Solar cenderung akan langka di masa panen tembakau diantaranya karena beberapa faktor yang telah saya uraiakan yakni meningkatnya aktivitas kendaraan angkut bermesin diesel (mobil bak terbuka dan truk) dan masih ada oknum yang menggunakan solar untuk bahan bakar oven tembakau.
Setiap kali saya melintas dan melihat kebun tembakau bersemi saya merasa senang. Senang karena musim tanam tahun itu berhasil tidak terganggu hama-penyakit ataupun anomali cuaca, senang karena ratusan ribu warga akan mampu menyambung hidupnya dari perputaran uang tembakau, dan senang karena penerimaan pajak pusat ikut terdongkrak, apalagi di masa pandemi saat nyaris seluruh sektor ekonomi terpukul.
Panen tembakau di Mujur-Praya Timur |
No comments:
Post a Comment