Terumbu karang adalah "bangunan" ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan mahluk laut lainnya. Terumbu karang tercipta dalam kurun waktu yang sangat lama, dan terumbu karang yang ada saat ini rata-rata telah berumur lebih dari 10.000 tahun! Jika itu adalah vas antik Cina, maka kita akan memperlakukannya sangat hati-hati takut pecah, tapi terumbu karang (yang sama mudah rusaknya) saat ini malah tak terlindungi dari ancaman manusia seperti terinjak, dijarah untuk dijual menjadi hiasan akuarium, tertimpa jangkar kapal, terpolusi sampah plastik dan limbah industri, hingga pengeboman oleh oknum pencari ikan. Terumbu karang hanya bertambah tinggi 1 cm saja dalam 1 tahun, jadi bayangkan berapa waktu yang dibutuhkan jika terumbu yang rusak karena pengeboman setinggi 50 cm bahkan sampai 1 meter? 50 sampai 100 tahun!
Perkenalan pertama saya dengan terumbu karang saat itu tahun 2010 di Pantai Kencana-Sumbawa Besar di Pulau Sumbawa. Dari ajakan teman untuk snorkeling, ternyata saya dihadiahi salah satu lokasi snorkeling terbaik bagi pemula. Arus yang tenang, gugusan terumbu karang dengan beragam spesies yang warna-warni tak jauh dari pantai, serta ikan beraneka rupa, termasuk Lion Fish (Pterois) yang anggun tapi berbahaya, dan favorit kebanyakan orang: ikan badut (Amphiprioninae) atau Nemo nama terkenalnya. Pantai Kencana yang tampak biasa saja: pasir hitam, tak bisa melihat sunrise atau sunset, dan ongkos parkir hanya seribu rupiah (tanpa ada tiket masuk, karena ini pantai umum), ternyata menyimpan keindahan bawah laut seperti itu. Setelah pengalaman pertama yang mengesankan, nyaris setiap minggu selama saya masih bertugas di Sumbawa menyempatkan diri untuk snorkeling di Pantai Kencana. Tak pernah bosan karena memang setiap kali pemandangannya selalu berbeda. Dia yang aslinya tak bisa berenang dan takut air, juga sangat menikmati snorkeling di sana (cuma di Pantai Kencana dan Menjangan malah, di tempat lain dia tak berani snorkeling).
Sebagian kecil terumbu karang di Pantai Kencana (hasil foto sendiri) |
Pengalaman terakhir snorkeling di Gili Nanggu dan Gili Sudak juga sangat berkesan, terumbu karangnya sangat banyak (meski tak terlalu beragam) sehingga dasar lautnya tak terlihat, tertutupi terumbu karang. Ikan-ikannya juga banyak dan rajin menghampiri, mungkin karena terbiasa diberikan makan oleh para perenang. Dan yang paling penting adalah kesadaran pelaku pariwisata di sana tentang pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang. Mereka menambatkan perahu secara hati-hati untuk menghindari kerusakan akibat jangkar ataupun baling-baling kapal. Di dasar laut juga saya lihat ada beberapa terumbu karang buatan (berupa kerangka baja dan beton) yang sudah mulai tumbuh dan didiami oleh ikan. Mereka juga bercerita bahwa prihatin dengan kondisi terumbu karang di Gili Trawangan yang rusak (mereka istilahkan seperti melihat lapangan bola di dasar laut), dan meyakini bahwa dengan terumbu karang yang sehat membuat nelayan mudah mencari ikan serta wisatawan betah untuk berkunjung.
Bawah laut di Gili Nanggu dan Gili Sudak (lebih bagus di Sudak) |
Tak cuma manusia, alam pun bisa menjadi musuh dari terumbu karang. Cuaca ekstrim di akhir 2012 membuat terjadi angin dan arus yang luar biasa kencang di Pantai Kencana, dan pada akhirnya merusak banyak sekali terumbu karang, terutama terumbu karang yang tingginya lebih dari 1 meter, padahal itu yang paling langka. Sebelum kerusakan itu, Pantai Kencana menurut pengalaman saya hanya kalah dari Pulau Menjangan, dan masih lebih baik dari Gili Trawangan dan Gili Meno di Lombok Utara; Gili Nanggu dan Gili Sudak di Lombok Barat; Pulau Satonda di Bima; serta Pantai Pink dan Gili Laba/Lawa di Flores. Saya beruntung di semua kesempatan snorkeling itu saya bisa melihat Nemo (terutama di Gili Laba, sangat banyak Nemo berkumpul di beberapa spot) padahal teman perenang lain kadang tak menemukan. Ke depan ingin rasanya mencoba snorkeling di Karangasem; Bunaken; Karimun Jawa; dan ultimate destination: Raja Ampat! Biar lengkap jadi orang Indonesia, 1/8 terumbu karang dunia ada di Indonesia lho, jadi harus dinikmati (selagi ada).
Habis capek snorkeling, enaknya ngambang aja di Laut |
Catatan:
Snorkeling tak terlalu mahal kok, contoh terakhir di Gili Nanggu,
1. Biaya kapal (diantar seharian ke 3 pulau) Rp250.000,00
2. Sewa Alat (Masker, Fin, Pelampung) per set Rp50.000,00
3. Retribusi pulau cuma di Gili Nanggu, per orang Rp5.000,00
4. Tak perlu bisa berenang, bahkan tanpa pelampung, badan akan mengambang jika memakai masker snorkeling dan bernafas dengan mulut.
No comments:
Post a Comment