Beberapa tahun terakhir, waktu terasa begitu cepat
berlalu, time flies. Tahun 2013 pun terlampaui, tapi dengan meninggalkan banyak
kesan yang akan membuat saya selalu ingat apa yang pernah terjadi di tahun itu.
1) Kerusuhan di Sumbawa, akhir Januari 2013
Pembakaran dan penjarahan atas harta
warga Sumbawa keturunan Bali di kota Sumbawa Besar dan beberapa daerah di
sekitarnya ini tentu menjadi kenangan yang buruk.
Saya cukup beruntung karena tidak
mengalami kerugian material selama kerusuhan terjadi karena memang tinggal
bukan di komplek warga keturunan Bali, tapi saya ikut merasakan bagaimana
rasanya tinggal di pengungsian (meski cuma semalam), dan bagaimana sensasi
ketegangan berkonvoi dengan dikawal TNI menuju Bandar Udara keesokan harinya (untuk
kemudian terbang dengan pesawat charter langsung menuju Bali). Mungkin
mirip-mirip dengan adegan final di film Argo, saat rombongan pegawai kedutaan
Amerika berusaha kabur secara diam-diam dari bandara Iran, dengan kondisi tak
separah itu tentunya.
Satu pelajaran berarti dari kejadian
ini adalah informasi itu sangat penting! Di pengungsian informasi sangat
simpang siur dan sangat meresahkan, ternyata begitu sampai di Bali saya tahu
bahwa sebenarnya keadaan sudah aman terkendali. Tak perlulah sebenarnya menyewa
pesawat yang sangat mahal untuk 'kabur' ke Bali.
2) Mutasi (pindah tugas) ke Praya, Lombok
Tengah
Tiga tahun di Sumbawa seperti tak
terasa, hingga akhirnya pengumuman mutasi itu terbit, dan di bulan Juni saya
resmi bertugas di Praya, Lombok Tengah. Sangat senang bisa dimutasi lebih dekat
lagi dengan pulau Bali, tapi bukan berarti saya tak bahagia di Sumbawa.
Sebagian keindahan Sumbawa |
3) Our 7th Anniversary
Momen berkesan ini telah saya ulas
juga dalam tulisan saya sebelumnya di sini.
We’ve made it this far, and not
gonna stop!
4) Trip to Gili Meno together with her, hell
yeah..!
Menutup tahun dengan mengunjungi salah
satu dari 3 Gili di Kabupaten Lombok Utara, yakni Gili Meno. Ketika di
pelabuhan penyeberangan Bangsal, hampir tiap orang yang menanyakan kami hendak
kemana, dan ketika kami jawab ke Gili Meno, reaksinya langsung “mau honeymoon
ya?” wah, memang ada apa dengan Gili Meno?
Ternyata memang yang berkunjung ke
Gili Meno itu sangat sedikit, dari jam 10 pagi hingga 2 siang kami menunggu di
Bangsal, puluhan kapal yang ke Gili Trawangan mungkin sudah mengangkut ratusan
wisatawan, sedangkan yang ke Gili Meno? Hanya 1 kapal dengan 4 wisatawan! Saya,
Winda, dan 2 orang cowok Bule.
Sesampainya di Gili Meno, memang
terbukti ini adalah pulau yang indah, sepi, dan loveable, cocok bagi kami yang
memang tak begitu suka suasana crowded seperti di Kuta Bali. Selain keindahan
pantai dan lautnya, pengalaman berkesan dari Gili Meno adalah melihat interaksi
orang tua Bule dengan anak balitanya. Ada yang penuh semangat ikut menggali
pasir menemani putranya, bapak-bapak Bule yang menemani putri kecilnya berulang
kali keliling pulau mengendarai Cidomo (kereta kuda khas Lombok), hingga yang
membacakan dongeng bagi anaknya siang-siang, sambil bersantai di Gazebo di
pinggir pantai, so sweet!
Menurut penduduk lokal pulau Gili Meno
memang disebut sebagai pulau cinta atau pulau honeymoon, dan memang benar love
is everywhere. We’ll go there again for sure!
Thanks 2013 for everything you gave and many things
you took, let us continue our journey to beloved 2014. Resolution? More
travelling! Maybe a pay raise too..hehehe..
No comments:
Post a Comment