Sebagai manusia kita melakukan berbagai
hal karena didasari oleh motivasi tertentu, tak seperti binatang yang sebagian
besar perbuatannya didasari oleh naluri atau insting. Peran motivasi dalam
kehidupan manusia semakin hari semakin disadari pentingnya, bandingkan saja
jumlah motivator yang ada di tahun 90-an dengan sekarang. Bahkan ada seorang
motivator lokal yang mampu membuat acara TV mingguan yang lumayan laris, tak
seperti motivator lain yang biasanya menyimpan ilmunya untuk diberikan saat
dikontrak untuk mengisi acara di kantor-kantor atau perusahaan.
Motivasi itu bisa datang darimana saja,
tergantung kejelian kita memandang suatu hal atau suatu peristiwa. Saya pernah
mengalami termotivasi untuk menjalankan diet ala OCD-nya Deddy Corbuzier hanya
karena kasihan pada celana pendek dan celana kantor yang sudah tidak muat lagi
dan terpaksa dihibahkan. OCD saat itu berhasil saya jalani dengan sempurna.
Sampai saat ini saya tak mau mencoba merokok bukan karena takut terkena kanker,
impotensi, atau gangguan kehamilan dan janin, tapi karena motivasi sederhana:
Tak mau kalah dengan Bapak yang tidak merokok. Dia saja dulu hidupnya berat
dengan penghasilan pas-pasan harus menghidupi banyak anak yang masuk sekolah
nyaris bersamaan (belum lagi tak ada HP atau internet atau Google), tapi tidak
menjadikan rokok sebagai pelarian dari masalah.
Saya percaya motivasi yang berasal dari
hal-hal yang sederhana dan dekat dengan kita lebih mudah untuk diingat dan
dipertahankan. Sebuah cerita dari kantor lama saya, saat itu
rekan-rekan kerja (termasuk saya) sudah kurang bersemangat karena beban
pekerjaan yang banyak dan target penerimaan pajak yang tinggi. Seorang atasan
(sebut saja Bunga eh Agus saja lebih enak) kemudian melakukan langkah motivasi
sederhana, bukan dengan berkata “Ayo kejar penerimaan, supaya kita bisa
kumpulkan dana untuk pembangunan jalan raya, sekolah, dan membiayai anak-anak terlantar” tapi dengan
menanamkan semangat berkompetisi.
Saat si Cecep sang pegawai junior
berhasil mencapai target yang lebih tinggi daripada sang senior Pak Ali, Pak
Agus akan berkata sambil bercanda “Ayo Pak Ali, masak kalah ma Cecep?! Dia lho
masih belajar cebok Pak Ali sudah kerja disini!” Atau saat Dadang kalah pencapaiannya dengan
teman seangkatannya Udin, Pak Agus akan berceletuk “ketahuan nih siapa yang
sering bolos pas kuliah, Dadang minta diajarin ama Udin lagi dah..” Motivasi
yang simpel itu kemudian menjadikan tim Pak Agus sebuah tim yang sangat solid
dan bersemangat dalam mengejar target penerimaan, hingga akhirnya tercapai
dengan memuaskan jauh melebihi tim lainnya.
Pembuatan blog ini pun tak lepas dari
motivasi kecil saya, bukan untuk menjadi blogger ternama seperti Raditya Dika,
atau menjadikan blog sebagai sumber pengeruk pundi-pundi uang dari iklan dan
sebagainya, tak sejauh itu. Blog ini saya buat semata-mata karena motivasi saya
memberikan ucapan ulang tahun yang beda pada si dia. Saat itu saya berniat
memberikan ucapan ulang tahun dari sebanyak mungkin media yang tersedia:
telepon, SMS, BBM, Whatsapp, Facebook, email, dan di blog. Pada akhirnya blog
ini terlalu sayang untuk dibiarkan begitu saja, malahan sudah setahun terus
saya isi (meski jarang-jarang dan rada ngasal, hahaha..)
No comments:
Post a Comment