Wednesday, July 9, 2014

Mau Menang? tapi siap kalah lho!

Akhirnya momen yang ditunggu bangsa ini usai juga, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tanggal 9 Juli 2014. Setelah melalui periode kampanye yang menguras energi masyarakat (dan kantong dana kampanye para calon tentunya), periode itu dilalui juga. Periode dimana media sosial gencar menjadi sarana publikasi aneka komentar dan tautan situs yang mendukung salah satu calon, bahkan dari kalangan PNS, padahal jelas-jelas hal tersebut dilarang. Sekarang tinggal duduk tenang dan menunggu pengumuman resminya dari KPU. Just be calm and let the KPU finish the rest.


Fenomena hasil quick count sedang ramai dibahas, karena munculnya hasil perhitungan yang berbeda pemenangnya. Sebenarnya quick count merupakan perhitungan perkiraan berbasis statistik, jadi perbedaan itu adalah wajar. Yang membuat menjadi tidak wajar adalah di TV mana hasil yang berbeda itu disiarkan.

Saat ini mungkin sah kalau saya nyatakan TV One, Anteve, Global TV, RCTI, Sindo TV, dan MNC TV adalah saluran TV yang jelas-jelas mendukung pasangan nomor urut 1, jadi tak aneh jika hasil quick count yang ditampilkan menunjukkan keunggulan Prabowo-Hatta. Pun demikian dengan Metro TV yang secara terang-terangan mendukung pasangan nomor urut 2, maka hasil quick count yang unggul adalah Jokowi-JK. Begitu saya ganti siaran TV ke TVRI dan Trans7, nah ini dia!

Andai hasil quick count ini yang merupakan perkiraan memang perbedaan pasti terjadi, mengapa hasil di TVRI hanya menunjukkan keunggulan pasangan nomor 2 dan tidak ada satupun hasil survey yang mengunggulkan nomor 1? Ini bicara tentang TV nasional. Lagian kubu Jokowi-JK rasanya tak mampu melakukan tindakan bayar-membayar hasil survey, dana kampanye saja berasal dari sumbangan masyarakat, apalagi harta pribadi Jokowi juga tak banyak, bahkan masih kalah dengan distributor DVD bajakan di glodok.

Ah, tapi apa hak saya menilai, toh saya tak ikut memilih. Maksud hati datang ke TPS dengan bermodal hanya KTP, dan hasilnya saya ditolak di 2 TPS di lingkungan saya tinggal. Cara yang sama saya lakukan di Pemilu Legislatif dan saat itu bisa. Mungkin memang aturan mainnya beda kalau Pilpres. Tak apa, karena ternyata bukan saya saja yang bernasib demikian.

Apapun itu, kita tunggu saja hasil dari KPU, semoga yang terpilih adalah yang terbaik bagi negara ini, dan yang tidak terpilih juga siap menerima kekalahan, seperti halnya Brasil yang setelah kalah memalukan 1-7 dari Jerman saat Semifinal Piala Dunia, tetap profesional dan tidak ada aksi anarkis yang terjadi di stadion.

No comments:

Post a Comment