Monday, August 31, 2020

Mengenal Tembakau Lombok

Menunggu orang tua panen
Menunggu orang tua panen
 

Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya selama menjadi Account Representative di KPP Pratama Praya yang memiliki wilayah kerja Lombok Tengah dan Lombok Timur (2013—2018).

Jika Anda pernah mengunjungi Lombok Tengah dan Lombok Timur, pasti pernah melihat lahan kebun tembakau terhampar di sepanjang perjalanan, khususnya di musim kemarau seperti bulan Agustus ini. Tembakau adalah komoditas paling tepat untuk ditanam di daerah kering dan minim curah hujan di Pulau Lombok bagian tengah, selatan, dan timur, seperti di Kecamatan Praya Timur, Terara, Sikur, dan Sakra. Daerah-daerah ini tak seberuntung Lombok Barat yang berlimpah air dan menjadi lumbung padi regional, atau daerah kaki Gunung Rinjani yang subur untuk aneka hortikultura. Tembakau hanya sekali musim tanam dalam setahun, tapi nilai ekonomisnya sangat tinggi, sehingga mampu untuk dijadikan mata pencaharian utama petani. Bahkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang diterima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dari Pemerintah Pusat setiap tahunnya bernilai lebih dari Rp200 Miliar. Tembakau adalah penopang ekonomi bagi puluhan ribu petani dan ratusan ribu warga di Pulau Lombok.

Sunday, August 23, 2020

Tilik (2018): Merangkum Indonesia Dalam 30 Menit

 Film pendek berjudul Tilik (2018) karya Ravacana Film tayang di Youtube sejak 17 Agustus 2020 menjadi viral di berbagai media dan kini telah ditonton jutaan orang hanya dalam waktu beberapa hari saja. Banyak aspek dalam film ini yang membuat disukai penonton dan memenangkan beberapa penghargaan internasional, menurut saya pribadi film ini mampu merangkum banyak hal yang terjadi sehari-hari di Indonesia hanya dalam waktu 30 menit. Berikut daftarnya:

Dialog dengan view-nya kontras :D

 

1.    Jiwa sosial dan gotong royong

      Judul film ini sendiri berarti menjenguk, sesuai dengan ide ceritanya yakni perjalanan sekelompok ibu-ibu untuk menjenguk Bu Lurah yang sedang dirawat di Rumah Sakit. Terdorong jiwa sosial yang tinggi, maka mereka rela melakukan perjalanan jauh untuk menjenguk, padahal di era modern kabar bisa disampaikan melalui gawai secara seketika. Untuk biaya perjalanan dan uang santunan ke Bu Lurah mereka melakukan pengumpulan uang, ini adalah contoh sederhanan gotong royong di Indonesia. Satu orang yang memberi santunan nilainya mungkin tidak seberapa, tapi ketika digabung dengan banyak orang, maka nilai uang santunannya menjadi sangat berarti bagi yang menerima.