Tuesday, December 30, 2014

Tahu Isi



Indonesia adalah Negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam melimpah, beraneka suku bangsa dan bahasa, pilihan objek wisata yang terus bertambah, dan juga warisan kuliner yang tak terhitung jumlahnya. Kuliner asli Indonesia tak kalah lezat dengan masakan Meksiko ala film “Chef” atau masakan Prancis dan India dalam film “The Hundred-Foot Journey”, rendang sebagai buktinya. Sebagai makanan terenak di dunia menurut salah satu survey internasional, memang sudah seharusnya kelezatan rendang diangkat dalam film, seperti dalam film “Tabula Rasa”.

Kuliner asli Indonesia juga mendapat pengaruh dari Negara-negara lain, contohnya pengaruh dari Cina sehingga tercipta makanan seperti nasi goreng, lumpia, dan tahu isi. Tahu isi saat ini bisa ditemui di hampir seluruh Indonesia, lengkap dengan gerobak khasnya serta ditemani jenis gorengan lain seperti tempe, pisang goreng, ubi goreng, dan bakwan. Saya suka tahu isi selain karena rasanya enak, juga karena sensasi memakannya, kulitnya yang renyah dengan tahu yang lembut dan sayuran berserat di dalamnya (biasanya isinya ada tauge, kol, dan wortel). Tak seperti gorengan lainnya, tahu isi ini tergolong makanan berat karena rata-rata sebuah tahu isi ukuran besar mengandung 200--250 kalori. Bandingkan dengan sepiring nasi yang secara rata-rata mengandung 300 kalori atau mie instan (rata-rata 350 kalori). Jadi kalau ingin perut langsing jangan ngemil tahu isi, pilih kuaci saja.

Tuesday, December 2, 2014

Antre bukan Antri


Kenaikan harga BBM bersubsidi (atau dalam bahasa Pemerintah: pengalihan subsidi dari konsumtif ke produktif) November lalu, dibarengi dengan program bantuan bagi rakyat kurang mampu yang bernama Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). PSKS ini berupa uang tunai sebesar Rp400.000,00 yang dibagikan melalui kantor-kantor Pos di seluruh Indonesia.

Masyarakat tampaknya sangat antusias dengan PSKS ini, karena setiap kantor Pos yang saya lihat sedang membagikannya dijejali lautan manusia, baik itu pagi ataupun siang, panas terik maupun hujan rintik. Kantor Pos yang tak seberapa besar menjadi arena berdesak-desakan dan berebut giliran paling depan, meski saya tidak yakin jika PSKS ini menggunakan prinsip "siapa cepat dia dapat".