Beberapa hari terakhir saya melihat banyak iklan sosialisasi atau
kampanye dini di TV, tulisan kali ini hanya ingin menyampaikan uneg-uneg saya
tentang iklan-iklan tersebut.
Pertama, iklan dari kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tentang
Panas Bumi yang dikatakan sebagai sumber daya yang terbarukan dan tak terbatas.
Saya yakin bahwa panas bumi merupakan salah satu solusi bagi kelangkaan energi
saat ini, dan merupakan sumber daya yang bisa terbarukan, tapi saya tidak yakin
bahwa panas bumi tersedia dalam jumlah yang tak terbatas (atau saya yang salah
dengar iklannya?).
Dulu ketika SD, buku pelajaran mengatakan bahwa Panas
Matahari, Udara, dan Air Tawar termasuk dalam kategori SDA yang tak terbatas,
coba tanyakan pada penduduk Beijing seberapa melimpahnya persediaan udara
bersih disana, atau warga Jakarta tentang mudahnya mencari air tawar. Bahkan
Matahari pun memiliki umur hidup, bukannya akan bersinar selamanya, meski
umurnya sampai milyaran tahun.
Kedua, iklan Pemilu terutama tentang Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan
Daftar Calon Tetap (DCT). Saya yakin idenya bagus untuk mendekati calon pemilih
muda, karena iklan yang dibuat oleh pemerintah tapi dengan gaya yang tak formal
dan kental nuansa anak muda. Tapi saya menilai upaya yang dilakukan terlalu
berlebihan, penggunaan bahasa dan dialek kedaerahan yang terlalu banyak,
membuat saya setelah menonton iklannya beberapa kalipun tidak yakin mengerti
apa yang disampaikan.
Mungkin iklan ini harus dibantu subtitle yang jelas. Fungsi
utama iklan sebagai penyampai pesan
rasanya jadi kalah dengan fungsi menarik perhatiannya. Sayang sekali
mengingat dana yang dikeluarkan untuk iklan tersebut berasal dari uang rakyat.
Ketiga, iklan pribadi milik Gita Wirjawan yang mengisahkan polisi yang
berani menolak suap dari pengemudi mobil yang melanggar rambu lalu lintas, yang
saya yakin maksud dari iklan ini adalah menunjukkan bahwa Gita Wirjawan siap
menjadi Capres dari Partai Demokrat dengan image sebagai pemimpin muda yang
berani melawan praktek KKN yang demikian menggurita di negeri ini.
Tapi saya
tak yakin begitu melihat iklannya, karena di iklan polisi tersebut hanya
menolak pemberian suap dan membiarkan pengemudi tersebut. Jika memang Gita Wirjawan
ingin menanamkan kesan pemberani, sekalian saja di iklan perlihatkan polisi
tersebut menangkap sang pengemudi karena telah berusaha menyuap petugas
pemerintah, toh hal tersebut dibenarkan dalam Undang-undang anti korupsi. Jadi,
yakin memang berani?
Saya juga yakin bahwa semua yang saya sampaikan tak penting, karena
memang iklan tersebut berasal dari uang mereka dan hak mereka untuk mau
menampilkan hal apa saja, dan saya tak yakin akan ada banyak orang yang membaca
tulisan ini.
Have a nice December!
No comments:
Post a Comment