Thursday, March 2, 2017

Pengabdian

Seorang rekan kerja dan sahabat resmi kami lepas ke masa pensiunnya hari ini. Selama lebih 25 tahun dia abdikan dirinya untuk Kementerian Keuangan, terutama di Direktorat Jenderal Pajak. Memang baru 4 tahun saya mengenal Pak Yasiman, tapi 4 tahun itu menanamkan banyak hal yang sangat penting bagi saya untuk mengarungi jalan panjang saya sebagai PNS atau ASN.

Di akhir masa jabatannya Pak Yasiman masih bersemangat bekerja, bahkan Jumat lalu masih lembur untuk menyelesaikan laporan Penghapusan Sanksi Secara Jabatan. Jarak rumah ke kantor sejauh 25 km ditempuh setiap hari dengan sepeda motor, dan masih harus berkendara puluhan kilometer lagi untuk menjangkau lokasi Wajib Pajak di pelosok Lombok nan luas. Ketika kembali dari perjalanan dinas, Pak Yasiman masih sempat menceritakan beberapa cerita dan lelucon kepada kami (memang stok leluconnya tak pernah habis!). Pelajaran yang akan selalu saya ingat untuk Tetap Semangat!

Di era modernisasi saat ini, sistem administrasi pemerintahan juga ikut bertransformasi menjadi sistem yang lebih canggih dan serba terkomputerisasi. Seringkali saya menemui Wajib Pajak berusia 30-40 tahun yang mengeluhkan kewajiban memiliki alamat e-mail untuk administrasi Perpajakan, dengan alasan tak tahu cara membuat e-mail dan tak pernah memakai. Pak Yasiman, di usianya yang lebih dari 50 tahun, selalu berusaha untuk belajar teknologi yang digunakan oleh DJP. Aneka program baru yang bermunculan setiap tahun (bahkan beberapa bulan sekali) selalu berusaha dipahami dan digunakan, bahkan Pak Yasiman sangat rajin melakukan Geotagging (Geo Location) menggunakan HP-nya! Ketika teknologi bergerak seakan meminggirkan golongan tua, Pak Yasiman mampu mengimbangi, semua karena dia Terus Belajar.

Pak Yasiman berasal dari Banyuwangi, tapi selama 36 tahun sebagai PNS tak pernah sekalipun merasakan bekerja di tanah kelahiran. Selama puluhan tahun itu pula Pak Yasiman kehilangan kesempatan untuk merawat orang tuanya di usia senja mereka. Tuntutan tugas sebagai fiskus yang berat dari segi fisik dan pikiran telah berulang kali menumbangkan beliau hingga jatuh sakit, dengan biaya tak sedikit. Dengan rekam jejak seperti itu tahukah Anda di tahun 2011-2013 apa yang akan dikatakan masyarakat jika Pak Yasiman memperkenalkan diri sebagai Petugas Pajak? "Gayus"! Tak perduli betapa bersahaja hidupnya, pengorbanannya bagi Negeri dengan menjaga pundi keuangan Negara agar tetap terisi, tapi sebuah nama dengan citra yang begitu negatif yang disematkan. Apakah Pak Yasiman kemudian menjadi demotivasi? Apakah beliau berhenti meneteskan peluhnya untuk DJP? TIDAK. Sampai di hari terakhir masa kerjanya Pak Yasiman masih semangat bekerja, sama seperti ketika pertama kali saya mengenalnya di 2013. Semua itu karena beliau Tak Pernah Menyerah Mencintai Indonesia.

Selamat menjalani masa Purnabhakti Pak Yasiman, terima kasih telah menjadi idola kami, telah menghadirkan senyum dan tawa bagi kami, dan selalu menginspirasi kami selama ini. We will miss you, Pak!


PS:
Sabtu ini Pak Yasiman akan mudik ke Banyuwangi bersama istri dengan naik sepeda motor. Saat saya tanya mengapa tidak naik bis, dengan enteng Beliau mengatakan "Enak naik motor Bli, pengen kencing tinggal berhenti. Kalau naik bis berhentinya pas supirnya pengen kencing saja."
Semangat Pak! Saya PP ke Pringgabaya saja punggung sudah encok rasanya, apalagi Lombok-Banyuwangi!


2 comments: