"Kek, kemana kita hari ini?" tanya Fred dengan bersemangat sambil mengunyah pai raspberry buatan ayahnya.
Sambil tersenyum Arthur menjawab, "Kita akan ke Taman Kota, melihat penghitungan suara hasil pemilihan Presiden minggu lalu. Pemilihan Presiden sebelumnya umurmu masih 2 tahun, pasti sudah lupa."
Mobil listrik putih milik Arthur berdesing pelan dan kemudian melaju mantap membelah rindangnya jalan di komplek perumahan pensiunan negara, The Pensionville. Setelah menghabiskan 30 tahun hidupnya sebagai petugas pajak, Arthur mulai memasuki masa pensiun di usia 58 tahun. Fred adalah cucu pertama Arthur, dari anak laki-lakinya Ferdinand dan istrinya Elsa. Ferdinand bekerja sebagai koki di The Hill Hotel, sedangkan Elsa menjadi perawat di Rumah Sakit Distrik Timur. Sudah menjadi kebiasaan Arthur untuk mengajak cucunya saat hari libur negara.
Sepanjang perjalanan Fred mencermati orang-orang dan tak dapat menahan rasa ingin tahunya, "Kek, kenapa semua orang botak?"
Arthur mengusap kepala plontosnya sendiri dan menjawab,
"Tidak semuanya, hanya pria dewasa yang botak, dan itu adalah bukti keikutsertaan dalam pemilihan Presiden. Kamu tahu tidak bagaimana sistem pemilihan Presiden kita?"
"Tidak semuanya, hanya pria dewasa yang botak, dan itu adalah bukti keikutsertaan dalam pemilihan Presiden. Kamu tahu tidak bagaimana sistem pemilihan Presiden kita?"
Fred kecil menggeleng, "Tidak diajarkan di sekolah Kek, cerita, cerita!"
Arthur selalu bisa tersenyum melihat tingkah cucunya dan mulai bercerita,
"Sejak dulu negara kita menggunakan sistem pemilihan Presiden yang bernama 'Koin Emas'. Setiap 6 tahun pemerintah membagikan sebuah koin emas bagi pria dewasa, mereka yang berumur di atas 17 tahun. Koin emas itu kemudian yang akan dimasukkan ke dalam kotak pemilihan yang bergambar wajah Calon Presiden.
Hanya ada 2 calon dalam setiap pemilihan. Setelah memasukkan koin emas, rambut pria itu kemudian dicukur gundul sebagai bukti telah ikut memilih presiden. Jadi pria berkepala botak hanya boleh saat selesai pemilihan saja.”
Di Republik Corsonia hanya pria dewasa yang berhak memilih presiden. Kaum perempuan berperan dalam penentuan kedua calon yang bisa maju dalam pemilihan presiden, karena anggota Dewan Rakyat 70% diantaranya adalah perempuan. Pulau Lomespina tempat Corsonia berdiri dianugerahi kekayaan alam berupa tambang emas (meski tak termasuk 10 besar penghasil emas dunia) dan sumber energi gas alam.
Arthur terkekeh, sambil memarkir mobilnya di pusat parkir, tak jauh dari pintu masuk taman kota.
Hanya ada 2 calon dalam setiap pemilihan. Setelah memasukkan koin emas, rambut pria itu kemudian dicukur gundul sebagai bukti telah ikut memilih presiden. Jadi pria berkepala botak hanya boleh saat selesai pemilihan saja.”
Di Republik Corsonia hanya pria dewasa yang berhak memilih presiden. Kaum perempuan berperan dalam penentuan kedua calon yang bisa maju dalam pemilihan presiden, karena anggota Dewan Rakyat 70% diantaranya adalah perempuan. Pulau Lomespina tempat Corsonia berdiri dianugerahi kekayaan alam berupa tambang emas (meski tak termasuk 10 besar penghasil emas dunia) dan sumber energi gas alam.
Fred mengangguk-angguk dan berkata,
“Wah koin emas! Bisa untuk beli banyak es krim! Pasti ada baaaaanyak sekali es
krim di rumah Presiden.”
Tawa Arthur meledak, dan dia dengan
lembut mengusap rambut cucunya, “Mungkin. Suatu hari nanti kamu tanyakan
langsung ke Presiden ya.”
“Pasti! Fred mau tahu es krimnya seenak
buatan Ayah atau tidak.” Fred terdiam sejenak, lalu melanjutkan rasa ingin
tahunya, “Kenapa harus koin emas kek?”
Arthur menimbang apakah cucunya akan
mengerti jawaban yang akan dia berikan, tapi akhirnya memilih untuk
menceritakan saja,
“Dengan menggunakan koin emas,
Pemerintah jadi bisa tahu 2 hal penting tentang rakyatnya. Pertama, seberapa
cinta rakyat kepada calon presidennya, semakin banyak koin emas menandakan
semakin dicintai rakyat. Koin emas adalah barang berharga, seperti yang kamu bilang, koinnya bisa untuk membeli sangat banyak es krim. Jadi perlu rasa suka atau
cinta yang luar biasa untuk menyerahkannya kembali ke negara.”
Fred menyahut, “Wah pasti orang dewasa
tak suka makan es krim. Pantas Ayah dan Ibu tak pernah mau ikut makan es krim
denganku. Lalu apa yang kedua Kek?”
Arthur sambil tersenyum melanjutkan
ceritanya,
“Kedua, untuk tahu seberapa makmur rakyatnya. Saat kemiskinan
melanda, rakyat akan memilih untuk membelanjakan koin emas jadi roti atau
daging, daripada untuk dikembalikan ke negara. Biasanya koin emas yang kembali
itu sekitar 88%, berarti ada 12% rakyat negeri ini tidak cinta pada calon
presiden atau dalam kondisi miskin.”
Fred memiringkan kepala dan bertanya,
“12% itu berapa kek?”
“Hmm..Berapa ya..Oh ya, liat 10 jari kakimu,
12% itu kira-kira hanya jempol kananmu saja dibanding semua jarimu.” Jawab
Arthur.
“Ooo..Sedikit kek! Berarti masih ada
baaanyak es krim di rumah Presiden!”
Arthur terkekeh, sambil memarkir mobilnya di pusat parkir, tak jauh dari pintu masuk taman kota.
waaaaaaa bagus sekali, Kak! I really enyoy reading this hehehe
ReplyDeletethx you....
Deletetrying to write some kind of connected-short story..but can't quite to continue it yet...^ ^