Monday, September 25, 2017

Desa Terpacu untuk Ekonomi Melaju


Menjadi petugas lapangan membuat saya lumayan sering berinteraksi dengan masyarakat dan mengenal kondisi ekonomi secara riil khususnya di Lombok Timur dan Lombok Tengah, wilayah kerja saya 4 tahun belakangan. Dibandingkan 3-4 tahun lalu terjadi perubahan signifikan di desa-desa dengan adanya Program Dana Desa dari dana APBN, pembangunan terjadi nyaris di seluruh desa yang saya lewati dan kunjungi. Mungkin itu salah satu alasan saya menikmati kunjungan lapangan dengan sepeda motor karena bisa menelusuri jalan-jalan tanah yang baru dibuka, bukti bahwa jerih payah pengumpulan Pajak bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat hingga level terbawah.

Harus dipahami bahwa Pemerintahan yang sekarang berkonsentrasi untuk pembangunan infrastruktur di daerah terpencil, terluar, perbatasan, dan desa, sehingga program subsidi dan pembangunan di kota dikurangi, tentu masyarakat kota pada umumnya akan merasakan seakan-akan kondisi ekonomi begitu susah akhir-akhir ini (sampai tercetus istilah "kemana uang pergi? Kok usaha dimana-mana sepi!"). Pemerataan ekonomi yang dicita-citakan sejak Negara ini merdeka mungkin mulai terwujud saat ini. Sebagai gambaran, sejak 2015 setiap desa memperoleh dana untuk pembangunan infrastruktur lebih dari Rp500 juta, dan tahun 2017 nilainya telah lebih dari Rp700 juta. Tinggal dihitung ada berapa ratus desa di tiap kabupaten, maka nilai Dana Desa ini besar sekali!

Sebuah sudut di Kalijaga Timur-Aikmel-Lombok Timur

Sejak 2013, puluhan desa telah saya kunjungi dalam rangka dinas dan ada beberapa desa yang meninggalkan kesan mendalam yakni:
  1. Kantor Desa Pemepek dengan pegawai yang sangat mengenal warganya. Setiap kali saya menanyakan alamat warga di Kantor Desa Pemepek, selalu dijawab dengan pasti tak hanya alamat warga tersebut, bahkan sampai kegiatan usaha dan sejarah singkat seperti sebelumnya usaha apa atau tinggal dimana. Bagi kami petugas lapangan, informasi seperti itu sangat berharga!
  2. Kantor Desa Kalijaga Timur dengan Kepala Desa yang sangat ramah, bahkan hingga mengantar saya ke parkiran sepeda motor! Desa Kalijaga Timur ini juga 1 diantara sedikit desa yang membeli ambulance, yang berarti mengorbankan nyaris setengah Dana Desa selama tahun 2017, sebuah pilihan sulit tapi harus diambil karena keperluan mengantar warga ke Puskesmas Kalijaga yang jaraknya lumayan jauh.
  3. Kantor Desa Aik Bual dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) kreatif! Dengan mengelola Dana Desa bernilai besar, setiap desa diharapkan nantinya menjadi desa mandiri yang minimal memiliki Puskesdes/Polindes, PAUD Desa, dan Bumdes. Bumdes adalah tantangan tersendiri bagi desa di Lombok Tengah dan Lombok Timur karena memerlukan SDM terlatih dan profesional untuk mengurus perusahaan, apalagi berharap mendapat keuntungan. Nah, Desa Aik Bual memiliki Bumdes yang saat ini mengelola objek wisata Embung Bual dan pemasaran produk Gula Semut olahan industri rumah tangga hasil sampingan kebun aren. Selain itu Bumdes Aik Bual berencana mengelola Pasar Desa dan Saluran Air Minum Desa. Dengan Bumdes kreatif seperti itu, tak heran Desa Aik Bual merupakan wakil Lombok Tengah untuk lomba desa tingkat Provinsi tahun 2017.
  4. Kantor Desa Masbagik Utara Baru dengan Kepala Desa pakar negosiasi. Meski Dana Desa besar tapi keperluan belanja infrastruktur di desa besar sekali sehingga setiap desa harus cermat dalam menggunakannya. Kepala Desa Masbagik Utara Baru sangat paham hal ini sehingga memerlukan negosiasi prima dengan warga dalam pelaksanaan pembangunan, contohnya dalam pembangunan/pembukaan jalan baru sepanjang 1 km bisa dilakukan dengan menggunakan dana Rp25 juta saja! Nilai uang tersebut bahkan tidak bisa mengganti rugi kelapa yang terkena dampak pembukaan jalan, apalagi ganti rugi lahan. Tapi dengan negosiasi semua bisa terlaksana, karena warga sendiri merasa sangat membutuhkan adanya jalan akses meski hanya berupa jalan tanah setidaknya mobil engkel bisa melalui untuk keperluan transportasi hasil kebun.
  5. Kantor Desa Aikmel Utara dengan aneka prestasi nasionalnya! Beberapa kali berkunjung ke desa bersahaja ini saya tidak menyangka merupakan desa jawara nasional. Jalannya tidaklah besar tapi bersih, kantor desanya tak pula megah tapi rapi dan dilarang merokok di seluruh area kantor desa! Bahkan di dalam rumah warga masing-masing dilarang merokok! Desa ini memiliki teknologi tepat guna (TTG) yakni pembangkit listrik mikro dan kereta angkut barang (wilayahnya di dataran tinggi dengan banyak tebing/jurang), memiliki bank darah desa, dan program siaga kesehatan desa, sehingga tak salah merupakan tiga besar nasional untuk lomba PHBS dan lomba Desa tahun 2016. Salut!

Pada umumnya infrastruktur dasar untuk mewujudkan kehidupan bermartabat seperti pembukaan jalan dan saluran drainase bisa terwujud dengan adanya program Dana Desa ini, sehingga saya sendiri sangat berharap tetap bisa diberikan dari tahun ke tahun, namun tentu tetap diawasi bersama dalam penggunaannya.

Bagaimana dengan desamu, sudahkah berbenah?


Jejak kunjungan ke lapangan:
Jalanan desa seperti ini jika musim hujan. Tanjung-KLU
Tak ada jas hujan, cukup pakai kantong plastik. Mantang-Batukliang
Di tengah kebun tembakau. Tanak Kaken-Sakra
Material di jalan sudah biasa. Dadap-Sambelia
Jalan baru harapan baru. Timba Gerah-Pringgasela
Objek wisata desa, Embung Bual. Aik Bual-Kopang
Pintu masuk ke Desa Aikmel Utara-Aikmel
Perjalanan dinikmati saja. Semayan-Praya
Kadang pemandangannya magis seperti ini. Mandar-Pringgabaya
Don't know where this road leads me. Barabali-Batukliang



2 comments:

  1. Mantap dje, selamat manjalankan tugas negara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih bli..biar tidak hanya bertugas seperti robot, tp ikut merasakan sbagai manusia...

      Delete