Wednesday, May 10, 2017

Komedi

Apa sih yang diinginkan oleh sebagian besar manusia di planet Bumi ini? Menjadi bahagia. Sementara sebagian besar manusia yang sedang berada di planet lain inginnya pulang ke Bumi.

Bahagia itu sesuatu yang sangat kompleks karena mensyaratkan berbagai kondisi, tak sesederhana WA dibalas oleh gebetan sudah ‘bahagia’, mungkin levelnya masih ‘senang’. Karena bahagia yang susah diraih, akhirnya orang akan cukup puas hanya dengan merasa senang, atau setidaknya bisa tertawa.

Tertawa kemudian menjadi sebuah kebutuhan, dan di saat ada kebutuhan muncul pula penawaran yakni berupa humor. Mulai dari humor yang ditulis di selembar perkamen di belantara Galia, badut kerajaan yang terancam diumpankan ke buaya jika lawakannya tak lucu, Charlie Chaplin yang bisa membuat orang terpingkal meski tanpa warna dan tanpa suara, hingga Kevin Hart yang mampu mengundang lebih dari 53 ribu orang memenuhi Philadelphia Stadium untuk menonton stand-up comedy-nya selama 1 jam non stop!


Saya selalu kagum dengan komedian, bagaimana mereka bisa menemukan cara untuk membuat orang tertawa berulang kali, karena saya yakin itu tak hanya memerlukan bakat (atau kondisi fisik), tapi juga memerlukan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan akting. Nah, lebih hebat lagi komedian Indonesia! Menjadi komedian di Indonesia jauh lebih berat daripada di Negeri Paman Sam atau di Benua Biru Eropa. Di sana dengan mudahnya komedian menjadikan segala sesuatu sebagai bahan humor mulai dari makanan hingga kotoran, pengemis hingga presiden yang masih menjabat! Beda dengan di Indonesia, humor (ah, tampaknya semua hal, termasuk pendapat) yang dilontarkan harus memperhatikan banyak aspek yang secara tak tertulis merupakan hal yang tabu untuk dibecandain. Topik tabu itu diantaranya yang menyinggung agama, pemimpin agama, pemimpin negara, mantan pemimpin negara, pejabat publik, partai politik, pimpinan partai politik, budaya daerah, penyandang cacat, merk produk, seks, dan entah apa lagi. Resikonya kalau sampai menyinggung? Bisa diadukan ke Polisi bahkan sampai dipenjara! Jadi ketika Sule bisa membuat penonton tertawa setiap hari dan dia belum terkena tuntutan hukum, dia hebat!

Mungkin karena tekanan hidup yang semakin berat peran komedian semakin dibutuhkan, buktinya 8 tahun terakhir lahir banyak komedian baru (yang kebanyakan di jalur stand-up comedy) dan akhirnya film-film komedi kembali berjaya seperti halnya di era Warkop DKI dulu, menggeser film horor lokal. Jangan heran jika seorang Raditya Dika sudah membintangi 9 film dan masih akan bertambah! Bandingkan dengan aktor tampan pujaan pria dan wanita era milenial seperti Hamish Daud yang ‘baru’ membintangi 7 film.


Saya sendiri sedang menyukai serial OK-Jek di Net TV, jam tayangnya pas sepulang kerja dan menemani menyantap nasi bungkus sambil meregangkan punggung dan otot muka. Menurut saya ini sinetron terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini: Ceritanya dinamis, tak terpaku pada satu tokoh atau satu kejadian, tapi terus mengalir; Tokohnya banyak dan setiap tokoh memiliki karakter tersendiri yang juga memiliki cerita terpisah, seperti Kang Oded yang meski penghasilan sebagai tukang ojek pangkalan kecil, tetap pantang menyerah mengejar Neng Nunu meski harus berutang sana-sini, atau Sarah yang meskipun cantik dan baik hati, kisah asmaranya seringkali kandas; dan yang paling penting bisa membuat saya tertawa! Tertawa karena kelucuan Beta sang juru bersih (OK-Clean) yang lugu dan berlogat timur kental; tertawa karena komentar serampangan Bang Opang si ojek pangkalan; tertawa karena kondisi getir para tokoh yang hidup pas-pasan tapi mereka tetap menjalani hidup dengan penuh suka cita dan selalu setia kawan; tertawa karena begitulah adanya hidup ini: kadang sedih tak lupa senang, kadang bisa direncakan tapi seringkali yang tak terduga terjadi, kadang masalah datang dan sepertinya tak ada jalan keluar selain menertawai diri sendiri, namun in the end, life must go on.


PS : 
Buat seorang Bapak di sana yang sepertinya sedang menjalani sandiwara komedi kehidupan, tetap semangat Pak! You are the captain of your soul and no bar will change that.

No comments:

Post a Comment