Apa sih
yang diinginkan oleh sebagian besar manusia di planet Bumi ini? Menjadi
bahagia. Sementara sebagian besar manusia yang sedang berada di planet lain
inginnya pulang ke Bumi.
Bahagia
itu sesuatu yang sangat kompleks karena mensyaratkan berbagai kondisi, tak
sesederhana WA dibalas oleh gebetan sudah ‘bahagia’, mungkin levelnya masih ‘senang’.
Karena bahagia yang susah diraih, akhirnya orang akan cukup puas hanya dengan
merasa senang, atau setidaknya bisa tertawa.
Tertawa
kemudian menjadi sebuah kebutuhan, dan di saat ada kebutuhan muncul pula
penawaran yakni berupa humor. Mulai dari humor yang ditulis di selembar
perkamen di belantara Galia, badut kerajaan yang terancam diumpankan ke buaya
jika lawakannya tak lucu, Charlie Chaplin yang bisa membuat orang terpingkal meski
tanpa warna dan tanpa suara, hingga Kevin Hart yang mampu mengundang lebih dari
53 ribu orang memenuhi Philadelphia Stadium untuk menonton stand-up comedy-nya selama
1 jam non stop!
Saya
selalu kagum dengan komedian, bagaimana mereka bisa menemukan cara untuk
membuat orang tertawa berulang kali, karena saya yakin itu tak hanya memerlukan
bakat (atau kondisi fisik), tapi juga memerlukan pengalaman, pengetahuan, dan
kemampuan akting. Nah, lebih hebat lagi komedian Indonesia! Menjadi komedian di
Indonesia jauh lebih berat daripada di Negeri Paman Sam atau di Benua Biru
Eropa. Di sana dengan mudahnya komedian menjadikan segala sesuatu sebagai bahan
humor mulai dari makanan hingga kotoran, pengemis hingga presiden yang masih
menjabat! Beda dengan di Indonesia, humor (ah, tampaknya semua hal, termasuk
pendapat) yang dilontarkan harus memperhatikan banyak aspek yang secara tak tertulis
merupakan hal yang tabu untuk dibecandain. Topik tabu itu diantaranya yang
menyinggung agama, pemimpin agama, pemimpin negara, mantan pemimpin negara,
pejabat publik, partai politik, pimpinan partai politik, budaya daerah,
penyandang cacat, merk produk, seks, dan entah apa lagi. Resikonya kalau sampai
menyinggung? Bisa diadukan ke Polisi bahkan sampai dipenjara! Jadi ketika Sule
bisa membuat penonton tertawa setiap hari dan dia belum terkena tuntutan hukum,
dia hebat!
Mungkin
karena tekanan hidup yang semakin berat peran komedian semakin dibutuhkan,
buktinya 8 tahun terakhir lahir banyak komedian baru (yang kebanyakan di jalur stand-up comedy) dan akhirnya film-film
komedi kembali berjaya seperti halnya di era Warkop DKI dulu, menggeser film
horor lokal. Jangan heran jika seorang Raditya Dika sudah membintangi 9 film
dan masih akan bertambah! Bandingkan dengan aktor tampan pujaan pria dan wanita
era milenial seperti Hamish Daud yang ‘baru’ membintangi 7 film.
Saya
sendiri sedang menyukai serial OK-Jek di Net TV, jam tayangnya pas sepulang
kerja dan menemani menyantap nasi bungkus sambil meregangkan punggung dan otot
muka. Menurut saya ini sinetron terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini: Ceritanya
dinamis, tak terpaku pada satu tokoh atau satu kejadian, tapi terus mengalir; Tokohnya
banyak dan setiap tokoh memiliki karakter tersendiri yang juga memiliki cerita
terpisah, seperti Kang Oded yang meski penghasilan sebagai tukang ojek
pangkalan kecil, tetap pantang menyerah mengejar Neng Nunu meski harus
berutang sana-sini, atau Sarah yang meskipun cantik dan baik hati, kisah
asmaranya seringkali kandas; dan yang paling penting bisa membuat saya tertawa!
Tertawa karena kelucuan Beta sang juru bersih (OK-Clean) yang lugu dan berlogat
timur kental; tertawa karena komentar serampangan Bang Opang si ojek pangkalan;
tertawa karena kondisi getir para tokoh yang hidup pas-pasan tapi mereka tetap
menjalani hidup dengan penuh suka cita dan selalu setia kawan; tertawa karena
begitulah adanya hidup ini: kadang sedih tak lupa senang, kadang bisa
direncakan tapi seringkali yang tak terduga terjadi, kadang masalah datang dan
sepertinya tak ada jalan keluar selain menertawai diri sendiri, namun in the end, life must go on.
PS :
Buat seorang Bapak di sana yang sepertinya sedang menjalani sandiwara komedi kehidupan, tetap semangat Pak! You are the captain of your soul and no bar will change that.
No comments:
Post a Comment