Tuesday, December 2, 2014

Antre bukan Antri


Kenaikan harga BBM bersubsidi (atau dalam bahasa Pemerintah: pengalihan subsidi dari konsumtif ke produktif) November lalu, dibarengi dengan program bantuan bagi rakyat kurang mampu yang bernama Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). PSKS ini berupa uang tunai sebesar Rp400.000,00 yang dibagikan melalui kantor-kantor Pos di seluruh Indonesia.

Masyarakat tampaknya sangat antusias dengan PSKS ini, karena setiap kantor Pos yang saya lihat sedang membagikannya dijejali lautan manusia, baik itu pagi ataupun siang, panas terik maupun hujan rintik. Kantor Pos yang tak seberapa besar menjadi arena berdesak-desakan dan berebut giliran paling depan, meski saya tidak yakin jika PSKS ini menggunakan prinsip "siapa cepat dia dapat".

Hikmah yang mungkin dapat diambil dari gambaran di atas adalah rendahnya budaya antre. Budaya yang memiliki banyak nilai positif yang cocok dengan "budaya ketimuran" Indonesia. Antre mengajarkan tentang sebab-akibat, jika datang terlambat akibatnya posisi di belakang. Mengajarkan manajemen waktu, jika ingin di depan datanglah lebih awal. Mengajarkan tentang hak, ketika menyerobot antrean, saat itu kita sedang melanggar hak orang lain. Dan hal-hal positif lainnya.

Petikan wawancara seorang guru dari Australia yang sering dikutip di berbagai kesempatan, sangat relevan dengan hal ini. Guru tersebut menyatakan bahwa Ia lebih takut jika murid-muridnya tak bisa antre daripada tak bisa matematika, karena matematika bisa dipelajari dalam waktu 4-6 bulan, sedangkan antre memerlukan waktu 12 tahun diajarkan di sekolah dasar di Australia. Dua belas tahun.

Dulu ketika saya masih kelas 1 atau 2 SD, ada iklan di TVRI tentang bebek yang berjalan beriringan di sawah, dan mengajak masyarakat untuk antre supaya tak kalah dengan bebek itu. Setelahnya, mungkin tak ada lagi iklan layanan masyarakat tentang budaya antre. Ketika ada kasus video porno siswa SMA, maka cepat disimpulkan bahwa pendidikan moral yang kurang, tapi ketika pembagian daging qurban yang ricuh berdesak-desakan, yang disalahkan adalah panitia yang kurang siap. Iklan bebek tadi telah lama dilupakan.

Mari budayakan (kembali) antre.

No comments:

Post a Comment