Saturday, November 14, 2015

(Ingin) Berbuat Baik itu Banyak Cobaannya

Jumat, 13 November 2015 terjadi serangan teroris di beberapa titik di kota Paris yang menewaskan lebih dari 120 orang dan melukai ratusan lainnya. Tragedi ini tentu menimbulkan kecemasan dan ketakutan global terhadap serangan teroris, dan memang itulah tujuan utama terorisme, menciptakan teror. Di saat seperti ini adalah momen yang tepat untuk berbuat baik dan menyebarkan kebaikan, karena itu akan mengangkat suasana menjadi lebih baik. Media sosial tak hanya dijejali saling hujat, isu-isu negatif, dan provokasi, tapi diimbangi oleh berita-berita baik.


Beberapa bulan lalu saat berkunjung ke panti asuhan di dekat kost, saya jadi tahu bahwa anak-anak panti asuhan memiliki jadwal berlatih komputer setiap hari Sabtu dan Minggu. Komputer satu-satunya hasil donasi itu adalah harta berharga mereka, tapi konsumsi listrik yang tinggi menghalangi keinginan mereka belajar komputer setiap hari. Saat itu saya memutuskan saya harus melakukan sesuatu, mungkin saya bisa menyumbangkan sebuah laptop.

Selama 3 bulan saya mencoba menabung untuk membeli laptop, tapi selalu ada kebutuhan mendadak yang menghalangi niat tersebut. Daripada terus tertunda, saya putuskan membeli saja laptop itu dengan kartu kredit. Berhubung di Mataram harga laptop tinggi karena biaya kirim, maka saya membeli di situs bhinneka.com. Setelah berhari-hari menunggu (cek stok, proses pengemasan), akhirnya laptop dikirim tanggal 4 November. Saya sudah semangat karena bisa jadi weekend itu sudah bisa menyumbangkan laptopnya, tapi ternyata Bandara Internasional Lombok tutup dari tanggal 5 November sampai 12 November karena erupsi Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani. Jadilah laptop itu tertahan di Jakarta.

Tanggal 12 November Bandara Lombok dibuka, dan siang itu juga laptop telah sampai di kost. Pulang dari kantor, saya terkesima karena laptopnya bagus, saya sudah membayangkan bagaimana senangnya anak-anak panti nanti. Ini juga laptop pertama yang saya miliki seumur-umur. Esoknya laptop saya bawa ke kantor untuk diisi sistem operasi, maklum belinya laptop Non-OS supaya lebih murah. Setelah dipasang OS, laptop di-restart dan keluarlah layar hitam dengan tulisan "disc error unread". Saya Googling kalimat itu dan ternyata bukan masalah ringan, sebagian besar solusinya melibatkan membongkar laptop. Sedih rasanya, belum 24 jam laptop pertama saya sudah bernasib seperti ini.
Tokoh Utama: Si Putih
Sabtu siang (14/11) saya berencana membawa laptop ke service center sekaligus hendak servis motor. Dalam perjalanan mencari-cari lokasi servis laptop, saya melihat bengkel resmi Honda mengadakan donor darah, wah kebetulan sekali, jadwal donor darah saya sudah sejak 2 minggu lalu tapi belum sempat karena flu dan batuk. Setelah makan siang terlebih dahulu, saya kembali ke bengkel dan ternyata donor darahnya sudah tutup! Petugas sedang merapikan spanduk dan kursi. Lalu saya tanyakan bengkel hendak servis, eh bengkelnya sedang istirahat dan sudah banyak pasien-nya. Saat hendak pergi, saya melihat lokasi servis resmi laptop tepat di depan bengkel, tapi tutup juga! Gagal sudah niat sekali mendayung tiga pulau terlewati.

Tak menyerah, saya pergi ke kantor pusat PMI untuk donor darah. Sayangnya memang harus ditunda karena saya ditolak oleh PMI akibat tensi terlalu rendah 100/50. Inilah pertama kali saya mengalami penolakan saat donor darah, rasanya sakit seperti ditolak oleh gebetan (eaa!). Ditolak PMI saya segera move on, berangkat ke servis resmi laptop yang lain, menurut internet ada 2 di Lombok. Dan kali ini tempatnya buka!

Begitu data laptop dimasukkan ke sistem, mbak petugasnya berkata: "Pak, jika yang rusak software, dalam waktu 3 hari perkiraan selesai, jika yang rusak hardware bisa sampai 3 minggu. Dan ini masa garansinya habis 17 Desember 2015." Mbak-nya bicara sedikit tapi menyakitkan. Bisa tertunda sampai 3 minggu anak-anak panti untuk laptop baru mereka. Belum lagi laptop yang baru saya beli minggu lalu dengan garansi 1 tahun, ternyata garansinya sudah tinggal sebulan saja!


Serangkaian kejadian-kejadian ini mengingatkan saya kepada kalimat yang dulu pernah saya sampaikan ke dia: berbuat baik itu banyak cobaannya. Saat itu dia merasa sedih karena rencana charity-nya untuk membiayai kuliah anak yang tak mampu, tak mendapat dukungan dari beberapa temannya. Padahal charity itu membutuhkan sebanyak mungkin teman yang mau menyumbangkan Rp200.000,00 saja setiap bulannya. Meski begitu, programnya tetap berjalan.

(Ingin) Berbuat baik memang banyak cobaannya, tapi jangan malah menyerah, jadikan senyuman orang yang akan kita bantu sebagai pengingat kenapa kita hendak melakukannya dari awal.

No comments:

Post a Comment