Desa Penglatan, tak semua orang Buleleng yang
tahu di mana desa ini berada, apalagi mereka yang berasal dari luar Buleleng.
Jadi kalau saya ditanya berasal dari mana, biasanya saya jawab berasal dari
Singaraja, kalau masih ditanya lagi Singaraja-nya di mana baru lah saya katakan
dari Penglatan. Kemungkinan besar saya masih harus memberi gambaran bahwa
Penglatan itu letaknya di sebelah selatan Banyuning, sebelum ke Penarukan.
Dulu teman-teman sekolah saya di Singaraja mengenal Penglatan sebagai desa asalnya Blayag, masakan tradisional Bali yang rupanya mirip Lontong Sayur, tapi Blayag ini lebih gurih dan murah tentunya, seporsi hanya Rp4.000,00 (di Penglatan, kalau di luar seperti di Pantai Penimbangan harganya bisa lebih mahal) sudah berisi blayag, sayur dan kuah, kedelai goreng, ayam, dan bumbu khasnya. Sekarang penjual Blayag dapat ditemui hingga ke Badung, tapi apabila membeli dari orang Penglatan asli cita rasanya berbeda.
Perkembangan media sosial turut mengangkat nama
Penglatan yakni sebagai desa produsen Dodol Bali, apalagi mantan Presiden RI
Megawati dan Gubernur Bali Mangku Pastika juga pernah membeli dodol dari
Penglatan. Dulunya pembuat dodol di Penglatan tak banyak, sehingga untuk
keperluan hari raya seperti Galungan biasanya dodol ini akan sudah habis
dipesan bahkan sebulan sebelum Galungan, pemesannya selain dari Penglatan, juga
dari Singaraja, Denpasar, hingga ke Kalimantan! Pembuat dodol kawakan seperti
Luh Suarti selalu menjaga kualitas dodolnya mulai dari rasa manis yang pas, ukuran,
tingkat kekenyalan, hingga bungkus kulit jagung dari Sumbawa yang bersih dan
dipotong rapi. Sekarang penjual dodol dapat ditemui di sepanjang jalan Desa
Penglatan dan sudah dijajakan di toko-toko di luar Penglatan.
Dodol buatan Mek Luh Suarti, cantik ya kemasannya |
Warga Penglatan berkomunikasi menggunakan
Bahasa Indonesia dan Bahasan Bali Kasar, seperti kebanyakan warga Buleleng.
Luasnya penggunaan Bahasa Bali Kasar (dan kosa kata kasar sebagai kata
pengganti orang) di Buleleng membuat warga dari kabupaten lain di Bali mudah
mengenali orang Buleleng di mana pun berada: di Pasar Ubud, di Lapangan Renon,
hingga di hotel bintang 5 di Nusa Dua, apabila dua orang Buleleng bertemu pasti
langsung terujar bahasa kasar tapi diucapkan dengan sangat akrab tanpa rasa
permusuhan. Desa Penglatan sendiri memiliki banyak kosa kata unik yang sangat
jarang digunakan di daerah lainnya, beberapa diantaranya:
1.
‘Kai’,
Bahasa Bali-nya ‘Yang/Icang’, Bahasa Indonesia-nya ‘Saya/Ku’
Contoh kalimatnya :
Bapan kaine ngaenang layangane, enteg
gati keberang.
Artinya kira-kira : Ayahku yang membuatkan layangan, mudah sekali
diterbangkan.
2.
Gero = Dogen = Saja/Hanya
Contoh :
Mepelalian gero gaene, kengkenang pang
sing lame!
Artinya : Kerjamu bermain saja, wajar kamu tidak naik
kelas!
3.
Tong! = Bah!/Yih! = Yah!/Hei!/Aduh!
Contoh :
Tong! Nyen ngengkebang sandal cange?!
Madak pang gondong!
Artinya : Hei!
Siapa yang ambil sandal saya?! Semoga kena sakit Gondok!
4.
Solo = Nginem = Menenggak
Contoh :
Sing ade cangkir, solo gen uli caratane.
Artinya : Tak ada gelas, langsung tenggak airnya dari
kendi.
5.
Tembag = Siam = Siram/Tuang
Contoh : Tembagin yeh ngerodok kopine, tengah cangkir
gen.
Artinya : Tuangkan air mendidih setengah gelas saja untuk
membuat kopi.
6.
Nambung = Gancang = Cepat/Kalang kabut
Contoh : Nambung pelaib dustane kepung kuluk.
Artinya : Pencuri itu lari kalang kabut dikejar anjing.
7.
Meres
(Nada seperti ‘The Best’) =
Maukum = Dihukum
Contoh : Upah sing ngae PR, meres meke telu di
lapangan.
Artinya : Karena tak membuat PR, mereka bertiga dihukum
berdiri di lapangan.
Ini hanyalah sebagian kecil dari kosa kata unik
Penglatan, mungkin kalian bisa menambahkan di kolom komentar, atau lebih bagus
lagi buatlah versimu sendiri kosa kata unik dari daerahmu, sekaligus untuk
melestarikan kebudayaan daerah kita.
Jadi, sudah lebih mengenal Penglatan sekarang?
Kami tunggu pesanan dodol Anda. ^ ^
Kami tunggu pesanan dodol Anda. ^ ^
PS:
Selamat Hari Raya Nyepi dan Selamat Tahun Baru
Caka 1939.
Semoga semua selalu dalam kedamaian.
Semoga semua selalu dalam kedamaian.
No comments:
Post a Comment