Lihatlah gambar di bawah, ada berapa dari 10 buku tersebut yang pernah Anda baca? Saya beruntung pernah membaca 4 diantaranya, Harry Potter dan Lord Of The Ring my personal favorite, membaca The Alchemist saat iseng, dan The Da Vinci Code karena saat itu sedang booming (sebagai orang Indonesia, menjadi latah sudah menjadi bagian dari budaya, mungkin).
Membaca (literatur) boleh dibilang bukanlah kekuatan bangsa ini, kegiatan
membaca yang masih diminati oleh sebagian besar anak muda di negeri ini mungkin
membaca twit atau chat, yang panjang text atau tulisannya setara dengan dialog Arnold Schwarzenegger di
film-film aksinya. Pernah ketika menonton bersama sebuah film asing di TV, seorang
teman berkata seperti ini : “Males ah
nontonnya, capek mesti baca text segala!” Semoga bukan karena alasan malas
membaca itu yang membuat talenta vokal peraih Oscar, Tom Hanks, di film Toy
Story atau suara emas komedian Eddie Murphy sebagai Donkey di film Shrek, diganti
dengan suara dubber ketika tayang di
TV nasional.
Mungkin karena saya dari Bali dan sekarang tinggal di Lombok, jadi
sering memperhatikan kebiasaan turis (terutama dari Eropa, Amerika Utara, dan
Australia) ketika menunggu sesuatu atau waktu luang, yakni membaca (biasanya
novel saku). Baik ketika menunggu keberangkatan di bandara Ngurah Rai, menunggu
makanan disajikan di sebuah rumah makan di Gili Meno, atau selama 5 jam
perjalanan di laut dari pelabuhan Padang Bai ke Lembar. They read like everywhere! And they read a lot! Di ketiga momen
tersebut saya bandingkan dengan apa yang dilakukan kebanyakan orang pribumi
(termasuk saya sendiri): berkutat dengan smartphone,
menonton TV, dan tidur (selain di rumah
makan tentunya). Turis-turis itu bahkan sudah ada di belahan bumi yang lain
dibanding Negara asalnya, tapi mereka tetap membuka jendela dunia melalui
membaca.
Pernah dalam satu momen di hidup saya, dalam sehari saya membaca 6 koran
sekaligus, yakni ketika menjadi anak magang di Jakarta. Saat itu saya
ditempatkan di sebuah seksi yang memang minim pekerjaan bagi kami anak magang,
membaca Koran menjadi alternatif untuk menghilangkan bosan (tentu saat itu smartphone belum menjadi barang konsumsi
publik, dan akses ke TV kantor terbatas). Sekarang? Bahkan sangat jarang
terjadi saya membaca 1 koran dalam 1 bulan!
Ketika tempo hari saya sempat membaca harian Kompas secara utuh, rasanya
seperti nostalgia (agak lebay ini).
Membaca berita aneka kerusuhan dan kekisruhan di Timur Tengah, terutama
bagaimana ISIS mendesak pejuang Kurdi di Suriah.
Saya alihkan pandangan ke TV,
ada berita kisruh dualisme PPP.
Membaca berita kondisi kekeringan yang melanda di sebagian wilayah di
Indonesia, bukan hanya di wilayah timur Indonesia, tapi juga di Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
Di TV ada polemik makna makan malam Jokowi dengan ARB.
Membaca berita bencana Ebola yang telah merenggut lebih dari 4.000 jiwa
di Afrika dan telah terjadi 2 kasus di Amerika dan kasus lain di luar Afrika.
Di TV sedang dibahas secara eksklusif prosesi pernikahan Raffi Ahmad lengkap
dengan 4 orang host yang
menggebu-gebu.
No comments:
Post a Comment